Selasa, 11 Desember 2012

Sejarah bulu tangkis sedunia






Sejarah Olahraga Bulu Tangkis (Badminton)
Bulu Tangkis (Badminton)
Sejarah Olahraga Bulu Tangkis (Badminton)- Bulutangkis atau badminton adalah suatu olahraga raket yang dimainkan oleh dua orang (untuk tunggal) atau dua pasangan (untuk ganda) yang berlawanan. Mirip dengan tenis, bulutangkis dimainkan dengan pemain di satu sisi bertujuan memukul bola permainan ("kok" atau "shuttlecock") melewati net agar jatuh di bidang permainan lawan yang sudah ditentukan. Dia juga harus mencoba mencegah lawannya melakukan hal tersebut kepadanya. Baiklah pada kesempatan kali ini Kumpulan Sejarah akan mencoba berbagi pengetahuan kepada sobat semua mengenai Sejarah Olahraga Bulu Tangkis (Badminton) yang dapat menambah wawasan anda mengenai olahraga yang sangat di
Sejarah Olahraga Bulu Tangkis (Badminton)
Dari mana cabang olahraga badminton berasal dan bagaimana sejarah awalnya ? Orang hanya mengenal nama badminton berasal dari sebuah rumah/istana di kawasan Gloucester-shire, sekitar 200 kilometer sebelah barat London, Inggris. Badminton House Demikian nama istana tersebut, menjadi saksi sejarah bagaimana olahraga ini mulai dikembangkan menuju bentuknya sekarang. Di bangunan tersebut, sang pemilik, Duke of Beaufort dan keluarganya pada abad ke-17 menjadi aktivis olahraga ini. Akan tetapi, Duke of Beaufort bukanlah penemu permainan itu. Badminton hanya menjadi nama karena dari situlah permainan ini mulai dikenal di kalangan atas dan kemudian menyebar. Badminton menjadi satu-satunya cabang olahraga yang namanya berasal dari nama tempat.

Yang juga tanda tanya besar adalah bagaimana nama permainan ini berubah dari battledore menjadi badminton. Nama asal permainan dua orang yang menepak bola ke depan (forehand) atau ke belakang (backhand) selama mungkin ini tadinya battledore. Asal mula permainan battledore dengan menggunakan shuttlecock (kok) sendiri juga misteri. Dulu orang menggunakan penepak dari kayu (bat). Dua orang menepak “burung” itu ke depan dan ke belakang selama mungkin.

Permainan macam ini sudah dilakukan anak-anak dan orang dewasa lebih dari 2000 tahun lalu di India, Jepang, Siam (kini Thailand), Yunani, dan Cina. Di kawasan terakhir ini dimainkan lebih banyak dengan kaki. Di Inggris ditemukan ukiran kayu abad pertengahan yang memuat gambar anak-anak sedang menendang-nendang shuttlecock. Permainan menggunakan kok memang mempunyai daya tarik tersendiri. Setelah ditepak atau dipukul ke atas maka begitu “jatuh” (menurun) kok akan melambat, memungkinkan orang mengejar dan menepaknya lagi ke atas. Yang menjadi tanda tanya, bagaimana bisa terbentuk kok seperti sekarang: ada kepala dengan salah satu ujung bulat dan di ujung lain yang datar tertancap belasan bulu sejenis unggas? Bahan-bahan untuk membuat kok memang sudah ada di alam. Bentuk kepala kok yang bulat sudah ada di sekitar kita, biasa ditemukan dalam buah-buahan atau batu.

Pertanyaannya adalah bagaimana awalnya bulu-bulu bisa menancap di kepala kok ? Ada yang berpendapat bahwa ada seseorang sedang duduk di kursi dan di depannya meja tulis. Dia melamun dan memikirkan sesuatu yang jauh. Tanpa disengaja dia mengambil tutup botol yang terbuat dari gabus dan kemudian menancap-nancapkan pena yang ketika itu terbuat dari bulu unggas. Beberapa pena tertancapkan dan jadilah bentuk sederhana sebuah kok.

Tentu ini tidak ada buktinya. Hanya kemudian memang terbentuk alat permainan seperti itu yang di tiap kawasan berbeda bentuknya. Pada tahun 1840-an dan 1850-an keluarga Duke of Beaufort ke-7 paling sering menjadi penyelenggara permainan ini. Menurut Bernard Adams (The Badminton Story, BBC 1980) anak-anak Duke – tujuh laki-laki dan empat perempuan – inilah yang mulai memainkannya di ruang depan. Lama-lama mereka bosan permainan yang itu-itu saja. Mereka kemudian merentangkan tali di antara pintu dan perapian dan bermain dengan menyeberangkan kok melewati tali itu. Itulah awal net. Akhir tahun 1850-an mulailah dikenal jenis permainan baru. Pada tahun 1860-an ada seorang penjual mainan dari London – mungkin juga penyedia peralatan battledore – bernama Isaac Spratt, menulis Badminton Battledore – a new game. Tulisan tersebut menggambarkan terjadinya evolusi permainan di Badminton House.
1. RUDY HARTONO KURNIAWAN



Sejarah menulisnya lebih singkat dengan Rudy Hartono. Hingga saat ini rekor 8 kali juara All England, 7 diantaranya direbut secara berturut turut belum bisa terpecahkan. Di luar All England, hampir semua gelar pernah diraihnya termasuk Thomas Cup dan World Cup yang terakhir dilakoninya pada 1980. Rudy juga pernah menerima Tanda Kehormatan Republik Indonesia Bintang Jasa Utama. Rudy juga pernah satu kali membintangi film layar lebar berjudul “Matinya Seorang Bidadari” pada tahun 1971.



2. LIEM SWIE KING



Merupakan generasi emas kedua di tunggal putra. King dianggap penerus kejayaan yang ditinggal Rudy Hartono. Tiga kali gelar All England dan empat runner-up dirasakan pebulutangkis kelahiran Kudus, 28 Februari 1956 ini. Gaya smash yang dilakukannya sambil melompat menjadi cirikhasnya hingga melahirkan julukan King Smash. Semerti halnya Rudy Hartono, Liem Swie King pun pernah bermain film layer lebar berjudul “Sakura dalam Pelukan”. Bahkan jejak langkahnya difilmkan dengan judul “King”.



3. ALAN BUDIKUSUMA



Permainannya tidak segemilang Rudy Hartono maupun Liem Swie King. Namun prestasi yang telah mengharumkan nama Indonesia untuk pertamakalinya di ajang Olimpiade Barcelona 1992 membuat Alan masuk daftar pebulutangkis terbaik di negeri ini. Alan belum pernah merasakan juara All England  maupun Thomas Cup. Namun dengan emas Olimpiade, Alan dianugrahi Tanda Kehormatan Republik Indonesia Bintang Jasa Utama seperti Rudy Hartono.



4. HARYANTO ARBI



Pebulutangkis Indonesia yang juga memiliki gelar lengkap. Dua kali gelar All England bisa diraihnya pada 1993, 1994. Juara Thomas Cup pernah dirasakan sebanyak 4 kali (1994, 1996, 1998, 2000), Juara Dunia 1994, 1995 dan beberapa open turnamen lainnya. Yang lebih fenomenal, Haryanto Arbi merupakan penerus Liem Swie King dalam hal jumping smash. Bahkan Haryanto Arbi dijuluki “Smash 100 watt”  karena kecepatannya.



5. TAUFIK HIDAYAT



Setelah era Haryanto Arbi usai, tak ada pebulutangkis tunggal putra Indonesia yang bisa unjuk gigi. Hingga akhirnya datang nama Taufik Hidayat. Pebulutangkis kelahiran 10 Agustus 1981 ini mampu mengembalikan prestasi bulutangkis Indonesia. Merebut emas Olimpiade Athena 2004, gelar juara dunia juga pernah dirasakannya pada tahun 2004. dan Enam kali juara Indonesia Open. Sayangnya hingga kini Taufik belum mampu merebut gelar All England.






Yu Yang. (Foto: Reuters)

BEIJING – Yu Yang, yang merupakan salah satu atlet China terkena diskualifikasi dari Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) memutuskan untuk mundur dari cabang olahraga bulutangkis.

Seperti diketahui, Yu merupakan salah satu dari delapan atlet yang terkena diskualifikasi dari ajang Olimpiade London, Rabu kemarin. Atlet lainnya adalah pasangan Yu, Wang Xiaoli, ganda campuran Korea Selatan Jung Kyung-eun/Kim Ha-na, dan Ha Jung-eun/Kim Min-jung dan Greysia Polii/Meiliana Jauhari dari Indonesia.

Yu mengatakan, ini merupakan kompetisi resmi terakhirnya. Dia mengucapkan selamat tinggal kepada olahraga bulutangkis, yang sudah membesarkan namanya. Yu menulisnya lewat akun blognya.
“Ini kompetisi terakhir saya. Selamat Tinggal Federasi Bulutangkis Dunia (BWF), selamat tinggal olahraga tercinta. Kami hanya memilih menggunakan peraturan untuk meninggalkan pertandingan,” tulis Yu.

Yu justru menyalahkan keputusan BWF, yang mengganti format pertandingan di Olimpiade dengan penyisihan grup. Yu menilai BWF juga bertanggung jawab atas skandal bulutangkis ini.

“Ini dilakukan supaya bisa bersaing lebih baik di babak kedua untuk babak penyisihan. Ini pertama kalinya Olimpiade menggunakan format kompetisi seperti ini. Apakah mereka tidak menyadari perubahan ini yang menjadi penyebabnya?,” lanjut dia.

“Anda sudah merusak mimpi kami. Ini semudah itu, tidak rumit sama sekali. Tapi, momen seperti ini tidak akan terlupakan,” sesal Yu, sebagaimana dilansir dari Reuters.









China sering praktikkan 'bulutangkis gajah'Delapan pemain bulu tangkis putri, termasuk pasangan Indonesia Greysia Polii dan Meiliana Jauhari resmi didakwa bertindak tak sportif oleh Federasi Badminton Dunia (WBF). Banyak negara menuding kejadian memalukan itu dipicu tindakan curang China yang sudah berkali-kali dilakukan.

Kantor berita Reuters melaporkan, Rabu (1/8), WBF menilai kedelapan pemain terbukti melakukan kecurangan. "Keempat pasangan ganda putri itu tidak bertanding sepenuh hati dan sengaja kalah. Tindakan mereka mencederai prinsip sportivitas," tulis organisasi itu dalam rilis pers. Dalam sepakbola, pengaturan skor sering disebut sepakbola gajah.

Pelatih kepala tim bulu tangkis Korea Selatan, Sung Han-kook, menyatakan anak didiknya ikut bermain curang karena pasangan China melakukan tindakan memalukan itu terlebih dulu. "Pemain China memulai semua ini, akibat hasil undian yang rumit. Kami memang tidak ingin bertemu satu sama lain terlalu cepat di semifinal," kata Sung.

Sebaliknya, pelatih China Li Yongbo menolak disebut memerintahkan pemainnya mengalah untuk keuntungan tim. "Tidak ada apa-apa. Semua ini kan cuma permainan," kata dia kepada wartawan selepas pertandingan.

Pada pertandingan sebelumnya, pasangan China Wang Xiali/Yu Yang sudah melakukan hal yang sama. Mereka sengaja mengalah dari ganda putri Korea Selatan agar tidak bertemu rekan sesama Negeri Panda itu di babak perempat final.

Pada Olimpiade Yunani 2004, China melakukan taktik serupa. Salah satu pemain tunggal putri China mengalah di semi-final, agar unggulan Zhang Ning bisa lebih segar melawan mantan pebulutangkis Indonesia, Mia Audina yang saat itu membela Belanda.

Berdasarkan pengakuan atlet Bulgaria, Alesia Zaistave, perilaku China itu sudah jadi rahasia umum. "Mereka selalu melakukan taktik yang sama bertahun-tahun. Saya hanya tahu sekitar 20 kali insiden seperti ini dilakukan China," kata dia.

China sering praktikkan 'bulutangkis gajah'
Delapan pemain bulu tangkis putri, termasuk pasangan Indonesia Greysia Polii dan Meiliana Jauhari resmi didakwa bertindak tak sportif oleh Federasi Badminton Dunia (WBF). Banyak negara menuding kejadian memalukan itu dipicu tindakan curang China yang sudah berkali-kali dilakukan.

Kantor berita Reuters melaporkan, Rabu (1/8), WBF menilai kedelapan pemain terbukti melakukan kecurangan. "Keempat pasangan ganda putri itu tidak bertanding sepenuh hati dan sengaja kalah. Tindakan mereka mencederai prinsip sportivitas," tulis organisasi itu dalam rilis pers. Dalam sepakbola, pengaturan skor sering disebut sepakbola gajah.

Pelatih kepala tim bulu tangkis Korea Selatan, Sung Han-kook, menyatakan anak didiknya ikut bermain curang karena pasangan China melakukan tindakan memalukan itu terlebih dulu. "Pemain China memulai semua ini, akibat hasil undian yang rumit. Kami memang tidak ingin bertemu satu sama lain terlalu cepat di semifinal," kata Sung.

Sebaliknya, pelatih China Li Yongbo menolak disebut memerintahkan pemainnya mengalah untuk keuntungan tim. "Tidak ada apa-apa. Semua ini kan cuma permainan," kata dia kepada wartawan selepas pertandingan.

Pada pertandingan sebelumnya, pasangan China Wang Xiali/Yu Yang sudah melakukan hal yang sama. Mereka sengaja mengalah dari ganda putri Korea Selatan agar tidak bertemu rekan sesama Negeri Panda itu di babak perempat final.

Pada Olimpiade Yunani 2004, China melakukan taktik serupa. Salah satu pemain tunggal putri China mengalah di semi-final, agar unggulan Zhang Ning bisa lebih segar melawan mantan pebulutangkis Indonesia, Mia Audina yang saat itu membela Belanda.

Berdasarkan pengakuan atlet Bulgaria, Alesia Zaistave, perilaku China itu sudah jadi rahasia umum. "Mereka selalu melakukan taktik yang sama bertahun-tahun. Saya hanya tahu sekitar 20 kali insiden seperti ini dilakukan China," kata dia.

Publik China ternyata tidak mendukung taktik tim bulu tangkis Olimpiade mereka. Di jejaring sosial Weibo, banyak warga Negeri Tirai Bambu itu mengecam tindakan pasangan ganda putri mereka sebagai pengecut. "Seharusnya mereka dilarang tampil di Olimpiade," tulis salah satu akun.

Ganda putri Indonesia kemarin menghadapi pasangan Korea Selatan Ha Jung-eun/Kim Min-jung. Mereka melakukan kesalahan sendiri yang kelihatan dibuat-buat. Meilana/Greysia gagal servis 10 kali, sementara Korea melakukan 9 kesalahan serupa.

Akibat tindakan ini penonton di Stadion Wembley Arena mencemooh kedua regu. Wasit kehormatan pun mendatangi lapangan dan memberikan kartu hitam bagi kedua tim, tanda peringatan bakal terjadi diskualifikasi. Namun setelah kedua ofisial melobi panitia, hukuman berat itu urung diberikan.

1 komentar: